Entri Populer

Senin, 18 November 2013

tugas modul 2


PENDIDIKAN SEBAGAI INVESTASI JANGKA PANJANG

Profesor Toshiko Kinosita Mengemukakan Bahwa Sumber Daya Manusia Indonesia Masih Sangat Lemah Untuk Mendukung Perkembangan Industri Dan Ekonomi. Penyebabnya Karena Pemerintah Selama Ini Tidak Pernah Menempatkan Pendidikan Sebagai Prioritas Terpenting. Tidak Ditempatkannya Pendidikan Sebagai Prioritas Terpenting Karena Masyarakat Indonesia, Mulai Dari Yang Awam Hingga Politisi Dan Pejabat Pemerintah, Hanya Berorientasi Mengejar Uang Untuk Memperkaya Diri Sendiri Dan Tidak Pernah Berfikir Panjang.

PENDAPAT GURU BESAR UNIVERSITAS WASEDA JEPANG TERSEBUT SANGAT MENARIK UNTUK DIKAJI MENGINGAT SEKARANG INI PEMERINTAH INDONESIA MULAI MELIRIK PENDIDIKAN SEBAGAI IINVESTASI JANGKA PANJANG, SETELAH SELAMA INI PENDIDIKAN TERABAIKAN. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang.

Setidaknya terdapat alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka 
panjang.

Alasannya adalah, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada konstribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. MISALNYA PENDIDIKAN DAPAT MEMBANTU SISIWA UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN UNTUK HIDUP DAN BERKOMPETISI DALAM EKONOMI YANG KOMPETITIF.

Minggu, 17 November 2013

tugas modul III DROP CAP



P
ada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan filosofi yang disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian dipecahkan dengan bantuan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis dideduksi dari teori-teori yang bersifat universal dan umum, sehingga kesimpulan dalam bentuk hipotesis inilah yang akan diverifikasi secara empiris melalui cara berpikir induk dengan bantuan statistika inferensial.

J
adi, hipotesis yang diajukan peneliti, setelah membaca teori-teori yang relevan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan. Oleh karena itu, penggunaan kata tanya dalam perumusan masalah harus juga diperhatikan dengan mempertimbangkan jawaban yang logis dalam hipotesis, sehingga tidak mungkin peneliti dapat mengajukan hipotesis manakala kata tanya yang digunakan dalam perumusan masalah ilmiah adalah kata tanya seperti “sejauh manakah“ atau “seberapa besarkah,“ karena jawabannya sejauh itu atau sebesar itu.